BATU ( SurabayaPost.id ) – Jatim
Art Forum ( JAF ) 2021 yang diselenggarakan Dewan Kesenian Jawa Timur ( DKJT) di Kota Batu sudah usai. Prosesi puncak acaranya, dihelat di The Singhasari Resort Kota Batu, Sabtu ( 13/11/2021) malam, dan dilanjutkan penyematan penghargaan seni.
Perlu diketahui, penghargaan seni merupakan program tahunan yang diselenggarakan DKJT
untuk memberikan apresiasi kepada seniman yang menjaga eksistensi berkarya, punya dedikasi tinggi dan konsisten terhadap produktivitas seni.Hal tersebut, disampaikan perwakilan Presidium DKJT, Luhur Kayungga, Sabtu, 13/11/2021.
” Tahun lalu pengghargaan seniman Jatim yang dilakukan DKJT memberikan satu penghargaan pada enam bidang seni.Film,Seni Rupa,Teater, Musik,dan Tari,”kata Luhur.
Pada tahun ini, kata dia, DKJT menurutnya lebih mengerucut kepada tiga tokoh. ” Dengan pertimbangan ketika menentukan satu platform dengan kriteria tertentu yang belum tentu di masing – masing bidang memenuhi grade yang kita tentukan.Untuk itu tahun ini
menjadi tahun yang ketat,” paparnya.
Lastas, papar dia, di awal dirinya menjaring usulan – usulan dari dewan kesenian kabupaten /kota, menurut Luhur dilalukan proses seleksi.
” Dari proses seleksi tersebut, terdapat sejumlah 23 usulan dari kabupaten dan kota.Ternyata penyeleksian tidak mudah dan ada beragam persoalan yang menyertainya,” ngakunya.
Diantaranya, ngaku dia, persoalan konsistensi, produktifitas, dan dedikasi serta capaian – capaian dalam perhelatan seni.” Nah dari beragam persoalan tersebut, ternyata tidak didukunh dengan data – data yang valid,” ujarnya.
Untuk itu, ujar dia, DKJT kata dia, tetap melakukan verifikasi untuk mendapatkan tokoh yang layak mendapatkan penghargaan.
Dari proses yang cukup ketat, yang menurutnya, ada tiga orang tokoh yang dipilih.
” Tokoh Dari Gresik, Surabaya dan Kediri. Ketiga tokoh ini memiliki dedikasi yang berbeda-beda.Yang pertama bidang teater, Mujiono Emje, dari Kediri. Kedua Hengki Kusuma, tokoh Ludruk yang sudah malang melintang di dunia hiburan Mat Kauli dari Gresik,” jelasnya.
Mat Kauli, jelas dia, adalah satu-satunya pelantun macapat gaya Gresik yang masih tersisa.
” Beliau juga merupakan salah satu seniman macapat Gresik yang mengulas kisah Sunan Giri di dalam Serat Centhini. Selain itu Mat Kauli menyimpan beberapa naskah tua dalam Aksara Pegon dan Jawa yang bisa ditemui di kediamannya di Desa Gemantar (Gumantar) Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik,” urainya.
Kemudian, urai dia, Mat Kauli telah aktif bermacapat sejak tahun 1949 dan masih terus berkarya hingga sekarang. ” Beliau sangat ingin tradisi macapatan, khususnya macapat Gresik tetap lestari. Di usianya yang senja, beliau tetap aktif mengisi acara macapatan di berbagai tempat di Gresik bahkan di luar kota. Saat ini beliau rutin mengisi acara di kantor Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik.Di sana ada beberapa orang yang belajar membaca tulisan aksara Jawa kuno,” tegasnya.
Selanjutnya, untuk Mujiono Emje, menurutnya seniman yang banyak menulis naskah drama, puisi, cerpen dan kritik seni yang sebagian dimuat di beberapa media cetak.Karya-karya dramanya, menurut Luhur kerap dipentaskan di beberapa kota di Jawa.
” Tahun 1985 mendirikan teater DKSK (Dapur Kreasi Seni Kediri). Menampung anak -anak putus sekolah untuk berlatih teater dan melukis. Perjuangannya cukup panjang dan berliku di dunia teater dan drama, namun dedikasinya perlu diteladani. Untuk itu bapak empat anak ini layak mendapatkan penghargaan seni,” tandasnya.
Sementara, tandas dia, sekilas tentang Hengki, menurut dia, namanya adalah Tan Ik Heng, laki – laki keturunan Tionghoa luar Jawa (Sulawesi Tengah).
“Ludruk adalah pilihan dan jalan hidup, jika di panggung – panggung ludruk ada orang yang kita jumpai bernama Hengki Kusuma, maka itulah nama Tan Ik Heng dalam tobong ludruk itu,” tuturnya..
Saat ini, kata dia, aktifitasnya selain sebagai pemain ludruk di berbagai grup dan berbagai kota, dalam kurun waktu sepuluh tahun lebih sebagai pengamat dan juri di berbagai festival ludruk, sebagai narasumber berbagai seminar atau diskusi tentang ludruk, serta sebagai narasumber penelitian tentang ludruk.
” Perlu diinformasikan, penghargaan seni kepada tiga orang pegiat seni budaya tersebut, diserahkan oleh Wali Kota Batu, Dra. Dewanti Rumpoko, MSi selaku tuan rumah perhelatan Jatim Art Forum 2021. Bupati Ponorogo H Sugiri Sancoko, SE MM, Perwakilan Presidium Dewan Kesenian Jawa Timur
(DKJT) Dr Eko Suwargono, M Hum,” pungkasnya ( Gus)
Leave a Reply