Fokus Perbaiki Citra, Rektor Pieter Tak Mau Terlibat Konflik Yayasan Unikama

Rektor Unikama, Pieter Sahertian (Kiri) didampingi WR IV, Umiati Jawas (Tengah) dan WR I, Sudi Dolaji (Kanan) 
Rektor Unikama, Pieter Sahertian (Kiri) didampingi WR IV, Umiati Jawas (Tengah) dan WR I, Sudi Dolaji (Kanan) 

MALANG  (SurabayaPost.id) –  Rektor Dr Pieter Sahertian berjanji akan tetap fokus memperbaiki citra Universitas Kanjuruhan Malang (Unikama). Untuk itu, dia mengaku tak mau terlibat konflik yayasan Unikama.

Pengakuan tersebut disampaikan Rektor Unikama ini saat menggelar konferensi pers di kampus setempat, Kamis (3/1/2019). Dia menjelaskan bahwa dirinya tak mau terlibat konflik persoalan hukum yayasan, PPLP PT PGRI.

Konflik yang terjadi selama setahun terakhir, kata Pieter, sudah mencoreng Unikama. Sementara konflik soal SK Menkumham itu  bukan wilayah rektorat.

“Makanya, kami dari rektorat tidak terlalu mengurusi persoalan hukum itu. Tapi, kami juga sudah mendapatkan beritanya soal SK Menkumham yang terbaru,” jelasnya.

Pieter mengakui bila surat keputusan terbaru dari Kemenkumham itu menguntungkan dirinya. Sebab, Menkumham hanya mengakui  Soedjai sebagai ketua PPLP PT PGRI.

Sedangkan Soedjai menunjuk dirinya selaku rektor Unikama. Dia merasa diuntungkan pengakuan Menkumham itu, karena  sudah ada kejelasan berdasarkan hukum.

“Menguntungkan karena kami bisa fokus mengurusi Unikama.  Itu setelah setahun lebih citra Unikama rusak akibat konflik internal yayasan,” katanya.

Menurut Pieter, konflik yang terjadi  telah banyak merugikan Unikama. Kerugian itu tidak hanya material tapi juga immaterial.

Sebagai contoh riil dia sebutkan soal penurunan jumlah mahasiswa baru. Pada tahun 2017,   Unikama bisa menerima 1.800 mahasiswa. Sedangkan 2018 hanya bisa mencapai 700 mahasiswa.

Itu berarti ada 1.100 mahasiswa barunya lepas. Jika dihitung secara materi, kerugiannya mencapai Rp 6 miliar lebih karena tiap mahasiswa Rp 6 juta. “Itu belum.kerugian fasilitas,” katanya.

Meski begitu, tegas dia, yang paling terasa kerugiannya  adalah soal citra Unikama. Menurut dia, citra Unikama yang tak bisa dinominalkan itu kini sudah tercoreng.  Baik itu secara psikologis maupun mental.

“Semuanya tegang, stres bahkan sport jantung. Belum lagi soal kepercayaan  masyarakat yang juga drop. Itu merupakan kerugian yang luar biasa besar,” katanya.

Karena itu dia berjanji akan fokus untuk membranding Unikama. Sehingga, kepercayaan masyarakat pulih kembali. Untuk itu, kata dia, memasuki 2019, ketika Soedjai mendapatkan kewenangan, akan menjadikan momentum sebagai starting poin demi  membangun dan mengembangkan Unikama.

“Apalagi, ini memasuki penerimaan mahasiswa baru. Bulan-bulan ini sampai Maret adalah bulan penting melakukan promosi. Karena itu kami harus memperbaiki dan membangun citra Unikama,” terangnya. (lil)u

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.