
MALANG (SurabayaPost.id) – Ramadan menjadi bulan yang penuh makna bagi umat Muslim di seluruh dunia. Termasuk bagi Boubacar Demba Barry, seorang mahasiswa asal Guinea, Conakry, Afrika Barat, yang kini tengah menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang.
Demba berbagi pengalamannya menjalani puasa di Indonesia serta perbedaan yang ia rasakan dibandingkan dengan negaranya. Ia yang telah tinggal di Indonesia selama enam bulan, mengungkapkan bahwa durasi puasa di Guinea dan Indonesia tidak jauh berbeda, yakni sekitar 15 jam. Namun, ada satu hal yang cukup kontras baginya.
“Di negara asal saya, orang berpuasa di musim kemarau dengan cuaca yang panas, sedangkan di Indonesia, berpuasa di musim hujan dengan suhu yang lebih dingin,” ujar Boubacar Demba Barry dikutip dari rilis Bagian Humas UMM, Senin (17/03/2025).
Menurutnya, selain perbedaan musim, ia juga menemukan bahwa ada tradisi unik yang hanya ada di Indonesia. Salah satunya adalah kegiatan ngabuburit sebelum berbuka dan sahur on the road. Di Guinea, menurutnya, tidak ada tradisi seperti itu.
“Biasanya, orang-orang hanya berkumpul di kedai kopi setelah bekerja untuk mengobrol hingga waktu berbuka tiba, tetapi tidak ada acara kumpul-kumpul khusus untuk berbuka atau sahur,” tambahnya.
Meskipun begitu, ia merasa puas menjalani Ramadan di Indonesia. Menurutnya, cuaca yang lebih sejuk membuatnya lebih nyaman berpuasa dibandingkan di negara asalnya. Terkadang ia bahkan tidak merasa sedang berpuasa karena perbedaan waktu dan cuaca yang lebih bersahabat. Namun, ada tantangan tersendiri yang ia rasakan, yaitu sulitnya menemukan makanan khas Guinea untuk berbuka puasa.
“Satu-satunya yang saya rasakan adalah kurangnya makanan yang biasa saya makan untuk berbuka puasa. Seperti lafidi, jenis makanan khusus yang saya sangat suka dan bubur yang terbuat dari beras atau jagung,” katanya.
Meski begitu, ia tetap menikmati kuliner Indonesia. Dari sekian banyak makanan yang ia coba, nasi goreng serta nasi putih dengan ayam goreng atau bebek goreng menjadi favoritnya. Karena menurutnya rasanya yang enak dan cocok dengan seleranya. Pengalaman Ramadan di Indonesia bagi Demba tidak hanya memperkaya perspektifnya tentang budaya Muslim di negara lain, tetapi juga memberinya kesempatan untuk beradaptasi dengan tradisi baru.
“Saya sangat menikmati Ramadan di sini. Meskipun ada beberapa hal yang berbeda, tetapi saya merasa nyaman dan bisa berpuasa dengan baik, saya berharap selama bulan Ramadan ini memohon kepada Allah SWT agar selalu memberikan kesehatan, akhlak dan karakter yang baik untuk menjalankan kewajiban agama ini. Semoga Allah SWT menerima doa-doa kita. Selain itu, agar saya dapat terus beradaptasi dengan cepat terhadap lingkungan dan realitas baru di Indonesia.”
Pengalamannya menjadi cerminan bagaimana Ramadan tetap terasa istimewa di mana pun seseorang berada. Dengan berbagai perbedaan budaya dan tradisi, semangat ibadah dan kebersamaan tetap menjadi esensi utama dalam menjalani bulan suci ini. (*)