Mahasiswa IBU Malang Jadi Finalis AGP Berkat Mainan Batok Kelapa

Inilah enam mahasiswa IBU yang lolos lomba media pembelajaran yang digelar BEM FKIP UNS.

MALANG (SurabayaPost.id) –
Civitas akademika IKIP Budi Utomo (IBU) Malang patut berbangga. Pasalnya, mahasiswa Jurusan Biologi IBU Malang ini masuk final lomba Media Pembelajaran Nasional yang digelar BEM FKIP Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Solo.

Kepastian tersebut diakui Ketua Prodi Pendidikan Biologi IKIP Budi Utomo, Riyanto MPd, Kamis (14/11/2019). Menurut dia, ada empat kelompok mahasiswa IBU Malang yang ikut Lomba media pembelajaran bertajuk ‘Apresiasi Gelora Pendidikan #3 (AGP) itu.

Dia menjelaskan bila satu kelompok lolos ke 10 besar sebagai finalis. Sedangkan, satu lagi lolos 13 besar. Sehingga masuk waiting list untuk lolos menjadi finalis.

Kampus IBU Malang

“Kelompok yang lolos sebagai finalis beranggotakan Rida Juniarti, Oktapia Pebriani serta Yovina Nia Anggelisa. Mereka lolos 10 besar dan menjadi salah satu finalis,” kata ia.

Sedangkan kelompok 2 berhasil masuk 13 besar. Mereka adalah Mu’milatul Amalia, Deri Areski dan Eka Mardiana.

Kelompok ini mengusung konsep pembelajaran modern berbasis IT dipadukan dengan kearifan lokal daerah setempat. Seluruhnya, ada 4 kelompok yang dikirim dari IKIP Budi Utomo.

“Perlombaan yang kami ikuti, sesuai dengan pembelajaran yang bapak / ibu dosen kembangkan di kampus, yakni paperless. Ini.wujud aktualisasi pengembangan pembelajaran. Para mahasiswa sangat antusias, untuk mengasah kemampuan dan kompetensi. Satu kelompok lolos sebagai finalis, dan satu kelompok lagi masuk waiting list,” tutur Riyanto yang diamini dosen pendamping Primadya Anantyarta S.Si., S.Pd MPd.

Tiga mahasiswa IBU Malang memperagakan permainan Bokah yang mengantar mereka lolos ke babak final Lomba Media Pembelajaran Nasional di UNS.

Ia melanjutkan, untuk kelompok yang masuk finalis akan mempresentasikan kembali karyanya dalam babak final 21 November 2019 mendatang. Karya yang dihasilkan model pembelajaran dengan menggunakan ‘Bokah’ atau batok kelapa.

Model pembelajaran tersebut merupakan sebuah permainan tradisional kearifan lokal dari daerah Kalimantan. Itu diaplikasikan dan dipadukan dengan menggunakan teknologi.

Konsepnya menggunakan tempurung kelapa. Lalu beberapa jenis pertanyaan, ditulis di kertas dimasukkan ke dalam batok kelapa itu.

“Medianya, menggunakan beberapa batok kelapa. Beberapa pertanyaan yang ditulis di kertas, dimasukkan ke dalam tempurung kelapa. Kemudian dihimpit menggunakan kaki. Sambil meloncat, tempurung kelapa terlempar, akan keluar kertas pertanyaan,” lanjutnya.

Bersamaan dengan itu, lanjutnya, ada nomor pertanyaan yang sudah disiapkan di monitor. Setelah itu, pertanyaan dibaca untuk dijawab anggota kelompoknya. Intinya, memadukan sistem pembelajaran tekhnologi IT, dikolaborasikan dengan permainan tradisional kearifan lokal setempat.

“Untuk jenis permainan tradisional, kami kembalikan kepada anggota kelompok itu. Dari mana ia berasal, dari daerah itulah permainan tradisional itu diambil,” pungkasnya. (lil)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.