Moh Khozin, Dewan Pakar MUI Gresik : Tugas MUI Mengawal Umat

GRESIK (SurabayaPost.id)–Usai pengukuhan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Gresik periode 2019-2024 di Gedung Sarana Olahraga Petrokimia Gresik, Senin (16/12) wartawan SurabayaPost.id berkesempatan melakukan diskusi khusus dengan Dewan Pakar MUI Kabupaten Gresik H Moh Khozin Ma’sum Abdul Karim. Pria yang akrab dipanggil Abah dan aktif dengan berbagai isu dan perkembangan dinamika umat Islam di Indonesia ini berpendapat, bahwa MUI perlu meneguhkan jati dirinya sebagai ‘organisasi ulama waratsatul anbiya’.

“Yakni memiliki tanggung jawab besar untuk mengawal perjalanan umat Islam dan bangsa Indonesia ke depan menuju ‘baldatun thayyibatun warabbun ghafur’. Amanah ulama ini sangat berat sehingga perlu dilaksanakan dengan sungguh- sungguh,” kata Abah Khozin mengawali diskusi dengan SurabayaPost.id usai pengukuhan pengurus MUI oleh Ketua MUI Jatim KH Abdussomad Buchori, Senin (16/12).

Dikatakan Khozin, ulama dan khususnya pengurus MUI harus memiliki ilmu pengetahuan keagamaan yang mendalam. Dengan ilmu pengetahuannya yang mendalam disertai dengan ketakwaannya yang tinggi, ulama akan menjadi tempat bertanya masyarakat dalam berbagai macam bidang kehidupan.

“Para ulama harus memberi contoh untuk terus-menerus belajar sebagai mana para ulama salafus shalih terdahulu. Diskusi dan dialog secara lisan maupun tulisan yang terjadi pada masa lalu tersebut telah membangun khazanah keilmuan yang sangat berharga dan sangat tinggi nilainya,” tegasnya.

Ia juga berpendapat, bahwa MUI perlu memberikan perhatian khusus pada program kaderisasi ulama, dengan melakukan penjaringan kader-kader muda yang potensial di berbagai lembaga pendidikan. Pendidikan ulama yang terbaik adalah melalui pembelajaran langsung secara individual kepada ulama-ulama terkemuka di dunia (mulazamah) sehingga ke depan kualitas ulama Indonesia semakin meningkat dan disegani dalam tataran internasional.

Salah satunya ungkap pendiri RGS Indonesia ini adalah merumuskan konsep pendidikan Islam yang ideal dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi untuk menentukan konsep pembentukan insan-insan Muslim yang ideal ke masa depan. Sehingga kaderisasi ulama kedepan bisa diandalkan.

“Konsep Ma’had Aly yang sudah diakui sebagai salah satu bentuk Pendidikan Tinggi dalam UU No 12/2012 perlu dijabarkan bersama Kementerian Agama agar pendidikan tinggi tidak semata-mata diarahkan untuk membentuk pekerja industri, tetapi untuk membentuk manusia-manusia yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, dan profesional,” tuturnya.

Dalam bidang pendidikan ini pula, MUI perlu mengontrol dan memberi masukan kepada pemerintah agar buku-buku ajar di sekolah- sekolah benar-benar tidak bertentangan dengan ajaran dan konsep keilmuan dalam Islam.

Yang tidak kalah pentingnya adalah peran MUI dalam mengawal isi media massa, khususnya media online, televisi dan bahkan media sosial yang saat ini menguasai jagat informasi publik. Untuk meningkat kan peran MUI dalam hal mengawal media massa, perlu juga dilakukan monitor dan bimbingan terhadap media online Islam sehingga media-media itu semakin berkualitas isinya.

“Media massa saat ini memainkan peranan yang penting dalam mengarahkan pola pikir umat Islam. Media-media yang memuat isi-isi yang ekstrim, baik ekstrim fundamentalis maupun ekstrem liberal, perlu diingatkan oleh MUI.
Dan untuk meningkatkan kemandirian MUI maka perlu meningkatkan kerja sama dengan lembaga-lembaga sosial keagamaan lainnya, untuk melakukan penggalangan dana umat bagi kepentingan pembangunan dalam berbagai bidang kehidupan,” pungkasnya.

Sementara itu, dalam sambutanya, Ketua MUI Gresik KH Mansoer Shodiq, menyampaikan kepada seluruh peserta rapat untuk bersungguh-sungguh dalam merancang program kerja MUI Gresik untuk lima tahun ke depan. “Saya berharap komisi-komisi untuk bersungguh-sungguh dalam merancang program kerja ini, supaya langkah kita dalam bekerja sudah tersusun dengan baik,” pesannya

Ia juga meminta  maaf jika selama lima tahun meminpin MUI Gresik sebelumnya ada yang kurang. “Selama perjalanan lima tahun memimpin MUI Gresik  mesti ada yang kurang. Untuk itu, kekurangan itu harus diperbaiki pada kepengurusan periode 2019-2024 untuk kebaikan dan kemaslahatan  MUI bagi masyarakat Gresik,” pungkasnya.

Ketua MUI Jawa Timur, KH Abdusshomad Buchori mengatakan,  MUI harus menjadi khadimul ummah shaadiqul hukumah. “MUI harus menjadi pelayan umat dan mitra pemerintah,” katanya.

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.