Perajin Tempe Beji Pakai Kedelai Impor Sampai Rp 1,5 Miliar

Kades Beji, Deni Cahyono, alias Sabeny, saat menunjukkan produk tempe perajin Desa Beji, Kota Batu

BATU (SurabayaPost.id) – Produksi tempe di Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, ternyata tidak menggunakan bahan kedelai lokal. Mereka memakai kedelai impor sehari sekitar 5 ton. Itu dalam sebulan  mencapai Rp 1,5 miliar. 

Hal tersebut disampaikan Kepala Desa (Kades) Beji, Deni Cahyono, alias Sabeny, Senin ( 21/6/2021). Menurut Sabeni, perajin tempe yang ada di Desa Beji, jumlahnya sekitar 260 perajin tempe.

“Setiap harinya dari sejumlah ratusan perajin tersebut, menghabiskan bahan olahan tempe kedelai impor sebanyak 5 ton kedelai.Perkilo nya seharga Rp 10 ribu rupiah, jadi totalnya dalam sehari sekitar Rp 50 juta, jika dihitung bulan mencapai Rp 1,5 milar,” katanya.

Itu, kata dia, perajin memilih bahan kedelai impor ,alasannya karena harganya lebih murah , yakni seharga Rp 10 ribu rupiah per kilo gramnya, sedangkan kalau kedelai lokal seharga Rp 12 ribu rupiah, dan hasil tempenya kurang bagus, serta bahannya juga sulit.

“Makanya, para perajin tersebut, kalau nilai mata uang dolar sedang naik, maka naik juga harga kedelai, karena menggunakan bahan dasar kedelai impor,” paparnya.

Untuk itu, papar dia, dengan perputaran rupiah produksi tempe dengan besaran yang sangat fantastis tersebut, untuk mendongkrak geliatnya tempe – tempe produk nya warga Desa Beji, Sabeny berencana  bakal membuat rumah tempe dengan mengusung konsep edukasi proses pembuatan bahan olahan tempe.

“Rencana rumah tempe tersebut, letaknya di Desa Beji, Dusun Karang Jambe, dan sumber anggarannya dari APBDes,” terangnya.

Olahan tempe yang diproduksi Kelompok Wanita Tani  (KWT) Asri Desa Beji tersebut  di antaranya keripik tempe, stick tempe. Selain itu, brownies tempe, pia tempe dan beberapa produk – produk lainnya yang terbuat dari bahan tempe.

Untuk itu, ujar dia, jadi tak heran kalau ada istilah isuk dele  (pagi kedelai) sore tempe. Alasannya, rencana dirumah tempe tersebut, menurut Sabeny, bakal  dinamakan Rumah Tempe,  Isuk Delai, Sore Tempe.

“Kita pilih nama itu, tujuanya agar mudah diingat karena istilah ,isuk delai, sore tempe, sudah familiar,” timpalnya. (Gus) 

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.