Melalui Pengabdian Masyarakat, Dosen FEB Universitas Wijaya Putra Bantu UMKM Desa Pegandan Tingkatkan Produksi Opak Jepit

Melalui Pengabdian Masyarakat, Dosen FEB Universitas Wijaya Putra Bantu UMKM Desa Pegandan Tingkatkan Produksi Opak Jepit
Melalui Pengabdian Masyarakat, Dosen FEB Universitas Wijaya Putra Bantu UMKM Desa Pegandan Tingkatkan Produksi Opak Jepit

SURABAYA – Tidak mau kalah dengan Dosen Fakultas Teknik, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Wijaya Putra (FEB UWP) mampu berinovasi dalam Teknologi Tepat Guna (TTG). Dosen tersebut adalah Yanuar Fauzuddin dan Andi Iswoyo, dua dosen FEB Universitas Wijaya Putra yang punya cara berbeda untuk memberdayakan masyarakat. Mereka membuat inovasi baru yaitu TTG Opak Jepit.

”Ide awalnya pembuatan TTG Opak Jepit murni dari kami, kemudian dibantu teman-teman dari Fakultas Teknik, ada pak Muhammad Muchid untuk desainnya,” ujar Yanuar.

Opak jepit merupakan makanan ringan yang banyak digemari masyarakat Indonesia. Makanan tersebut dibuat dengan cara dijepit plat besi kemudian dipanggang diatas api. Selama ini, alat Opak Jepit dibuat dengan plat besi yang tidak higienis, tidak ergonomis dan kapasitas yang rendah.

Melalui Pengabdian Masyarakat, Dosen FEB Universitas Wijaya Putra Bantu UMKM Desa Pegandan Tingkatkan Produksi Opak Jepit
Melalui Pengabdian Masyarakat, Dosen FEB Universitas Wijaya Putra Bantu UMKM Desa Pegandan Tingkatkan Produksi Opak Jepit

Dengan pendanaan dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat, Dirjen Pendidikan Tinggi Riset dan Teknologi (Diktiristek), Kemendikbudristek, melalui skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM), kedua TTG ini kemudian dikembangkan dan didesiminasikan kepada mitra, yaitu pengusaha kecil Opak Jepit di Desa Pegandan, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik.

Desa Pegandan merupakan salah satu sentra makanan ringan di Kabupaten Gresik.

Ide pembuatan TTG opak jepit tersebut muncul setelah mereka melihat lokasi mitra pengabdian kepada masyarakat yang sempit dan tidak memungkinkan untuk mengembangkan TTG sesuai desain awal dimana ukurannya mencapai 2 meter.

”Inovasi dalam TTG ini adalah bentuknya yang lebih ringkas, tidak membutuhkan tempat luas dan jumlah plat penjepit yang lebih banyak dibanding yang ada dipasaran. Biasanya hanya 6-8 plat, hasil inovasi mereka berdua hingga 14 plat. Dengan TTG ini, mampu meningkatkan kapasitas produksi mitra hingga 2 kali lipat,” ujar Andi.

Tidak hanya itu, mereka berdua juga membuat inovasi TTG press kemasan yang lebih baik dibanding yang ada dipasaran. Alat press pada umumnya menggunakan handsealer, dimana ketebalan press kemasan hanya 1-2 mm. Sedangkan dengan TTG ini, ketebalan press hingga 1-1,2cm.

Dengan ketebalan tersebut, hasil press lebih baik dan kualitas opak jepit lebih bertahan lama.

Dengan dua TTG ini, kapasitas produksi mitra meningkat hingga 3 kali lipat, lebih higienis karena menggunakan plat stainless steel yang foodgrade, kualitas produk yang lebih baik, lebih ergonomis sehingga tidak menyebabkan sakit punggung.

Selain desiminasi dua TTG tersebut, Tim Pelaksana juga memberikan pelatihan dan pendampingan pengoperasian TTG, maintenance ringan, pemasaran offline dan online, dan pencatatan transaksi keuangan. (*)

Be the first to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published.