Atasi Angka Putus Sekolah, Inilah Strategi Yang Diungkapkan Ketua Komisi D DPRD Kota Malang

Ketua Komisi D DPRD Kota Malang, Amithya Ratnanggani Sirraduhita pada suatu acara beberapa waktu lalu. (ist)
Ketua Komisi D DPRD Kota Malang, Amithya Ratnanggani Sirraduhita pada suatu acara beberapa waktu lalu. (ist)

MALANGKOTA (SurabayaPost.id) – Ketua Komisi D DPRD Kota Malang, Amithya Ratnanggani Sirraduhita, mengungkapkan strategi yang akan diusung untuk mengatasi meningkatnya Angka Putus Sekolah (APTS) di Kota Malang. Terlebih berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, telah terjadi peningkatan APTS selama periode 2021-2023.

“Kami akan lakukan pemetaan terlebih dahulu apa alasannya. Alasannya banyak dari peserta didik itu sendiri, bisa dari keluarga, dari lingkungan dan finansial. Baru kita bisa mengkonsep strategi dan kebijakannya seperti apa,” ujar Amithya, saat dikonfirmasi awak media, Sabtu (23/03/2024).

Amithya menegaskan, penambahan jumlah sekolah bukanlah solusi tunggal untuk menangani masalah putus sekolah di Kota Malang. Menurutnya, fokus harus dialihkan pada upaya memastikan bantuan seperti beasiswa yang tepat sasaran. Serta memperkuat edukasi bagi orang tua dan peserta didik mengenai pentingnya menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

“Yang mana ini tidak bisa ditangani oleh Dinas Pendidikan saja, tetapi barang kali dari psikologi orang tua dan peserta didik. Sehingga melibatkan mungkin butuhnya konsultasi, atau peningkatan kapasitas,” tambahnya. Dalam konteks ini, menurutnya pendekatan holistik lebih diperlukan untuk mengatasi masalah putus sekolah.

Lebih lanjut, saat disinggung mengenai faktor ekonomi yang mempengaruhi keputusan anak untuk tidak melanjutkan sekolah, Amithya menekankan perlunya pemahaman yang lebih mendalam tentang situasi ekonomi. Menurutnya, masalah finansial tidak selalu berkaitan dengan kurangnya dana. Namun prioritas pengeluaran dan persepsi tentang pentingnya pendidikan juga perlu dipertimbangkan.

“Nah untuk itu kita akan evaluasi kembali beasiswa tepat sasaran. Karena angka putus sekolah itu lebih banyak dari peserta didik itu sendiri. Mindset yang menganggap sekolah itu tidak penting,” tukasnya.

Sebagai informasi, berdasarkan data BPS Kota Malang, tercatat peningkatan APTS selama periode 2021-2023. Di kelompok usia 16-18 tahun, APTS meningkat dari 15,70 persen pada 2021 menjadi 19,10 persen pada 2023. Sedangkan di kelompok usia 13-15 tahun, APTS turun dari 3,39 persen pada 2021 menjadi 0,00 persen pada 2022, namun naik kembali menjadi 1,46 persen pada 2023. (*)